Image generated by TextSpace.net, hosted on ImageShack.us

19 Jan 2012

(Gestapu PKI) tanggal 30 September 1965

Bangsa Indonesia takkan lupa tragedi nasional pengkhianatan G.30-S (Gestapu PKI) tanggal 30 September 1965 di Jakarta maupun pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948. Percobaan kudeta bersenjata yang dikenal sebagai peristiwa Lubang Buaya dilakukan Partai Komunis Indonesia dan antek-anteknya di tahun 1965 dengan memanfaatkan rezim Orde Lama.
PKI secara terencana hendak menjadikan Indonesia negara Komunis. PKI waktu itu merupakan partai komunis terbesar di dunia. Merekaberupaya merebut kekuasaan militer sebagai jalan untuk merebut kekuasaan politik. Hanya pertolongan Allah SWT yang menyelamatkan negara dan bangsa Indonesia dari malapetaka yang hendak ditimbulkan oleh orang-orang yang tidak ber-Tuhan.
Jika kita membaca sejarah, masa senja Orde Lama dan hari-hari menjelang G.30-S/PKI, kehidupan rakyat dalam keadaan sulit. Kemiskinan terjadi di mana-mana. Laju inflasi tidak terkendali. Fitnah dan politik adu-domba merebak di berbagai penjuru. Sementara, di kalangan elite merajalela penyalahgunaan kekuasaan dan menghambur-hamburkan uang negara.
Dimana pun, rakyat yang miskin secara ekonomi dan miskin ruhani mudah dihasut dan diadu-domba hingga melakukan tindakan anarkis. Disitulah lahan subur tumbuh berkembangnya pengaruh ideologi Komunisme.
Sejarah tidak berulang, tetapi sifat dan perilaku manusia dalam sejarah selalu berulang. Sejak 1966 ajaran Marxisme-Leninisme-Komunisme dilarang di negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila, berdasarkan Tap" No XXV/MPRS/1966. Namun perilaku mirip Komunis atau mirip PKI bisa berulang kembali, baik disadari atau tidak. Bahaya latent Komunisme bisa merasuki pola pikir seseorang atau sekelompok orang, menjelma dalam bentuk aksi kekerasan, pertentangan kelas, menebar ketakutan dan teror serta menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.
Komunisme racun berbahaya bagi kehidupan demokrasi dan hak asasi manusia (HAM). Kemiskinan, pengangguran, ketimpangan ekonomi dan situasi konflik memunculkan peluang berseminya "ideologi kiri", seperti Marxisme-Leninisme-Komunisme dan paham radikal lainnya.
Proklamator Kemerdekaan dan Wakil Presiden RI Pertama almarhum Mohammad Hatta dalam buku Bung Hatta Menjawab Wawancara Dr. Mohammad Hatta dejigan Dr. Z. Yasni (1979) menyatakan
"...Marx mengajarkan bahwa revolusi datang dengan sendirinya apabila sebagian terbesar daripada masyarakat sudah menderita...di negeri-negeri yang maju, komunis tidak bisa merebut kekuasaan. Hanya di negeri-negeri miskin dan penuh serba ketidakpuasan, terdapat pasaran buat komunis untuk berkembang. "
Setelah runtuhnya Uni Soviet yang merupakan federasi negara -negara Sosialis Komunis pada tahun 1991, sebagian orang menganggap Komunisme telah mati. Tetapi, apabila dikaji dengan analisa ilmiah, Komunisme sebagai paham dan ideologi yang bersumber dari ajaran Karl Marx dan Vladimir Lenin tidak pernah mati.
Bila kita mengkaitkan pada zaman sekarang ini, kita tarik sebuah garis lurus mulai tahun 1998 di era reformasi yang marak kerusuhan hingga tahun sekarang 2012, kita akan menemukan sebuah benang merah yang saling berhubungan tak terputus. Bila jeli, bisa di pastikan akan mampu melihat hasilnya dengan baik...
Satu hal yang mencolok dalam gerakan reformasi yaitu munculnya tuntutan menghapus seluruh kemampuan deteksi dini yang aktif di satuan-satuan militer seperti koramil, kodim, korem dan kodam dengan teriakkan "Hapuskan KOTER" (Komando Teritorial). Mereka sadar selama Koter-koter milik militer masih berdiri tegak di daerah-daerah, maka selama itu pulalah mereka akan selalu terpantau aktifitasnya hingga bertahun-tahun. Hingga saat inipun gerak gerik mereka juga masih di pantau tanpa lepas dari pengawasan. Bukan hanya militer, akan tetapi masyarakat yang tergabung dalam ormas-ormas juga diam-diam selalu memantau aktifitas mereka.
Penggerebegan masyarakat di madiun tahun 2007 tepatnya daerah Maospati (100m dari lanud iswajudi) adalah bukti bahwa masyarakat setempat masih memantau dan tidak menerima adanya aktifitas yang mengarah pada upaya membangkitkan paham komunis. Kasus lahan di Kebumen pertengahan tahun 2011, juga di tengarai upaya adu domba masyarakat dengan aparat yang di backingi oleh kelompok komunis. militer yang memasuki rumah-rumah penduduk tak lain untuk memburu 3 orang pemuda yang di ketahui sebagai suruhan lembaga LSM yang bertempat di jakarta dan milik dari salah satu simpatisan Komunis yang duduk di parlemen. Pengusiran Ribka Tjiptaning anggota DPR oleh masyarakat probolinggo tahun 2011 juga salah satu upaya masyarakat yang mengetahui adanya kegiatan terselubung di balik program mereka yang satu hari sebelumnya telah mendapat bocoran dari salah satu anggota ormas lokal yang berhasil mendapatkan "SMS" hasil dari usahanya mengumpulkan informasi. dan masih banyak lainnya...
Iklim demokrasi yang sudah melebihi ambang batas ini adalah lahan subur bagi mereka untuk kembali membangun sel-selnya yang sempat tertekan di era soeharto. Apalagi kapitalistik juga semakin memberi garis batas yang begitu "tegas" sehingga terlihat sekali antara si kaya dan si miskin. Dengan begitu tidak sulit bagi mereka untuk membangun kembali kerajaan mereka yang sempat gagal pada tahun 1948 (Pemberontakan PKI Madiun) dan 1965 (Kudeta penculikan para Jenderal TNI AD) lewat menunggangi setiap aksi-aksi kerusuhan yang berbau SARA (adu domba).
Kemiskinan, Ketidak stabilan politik dan kesenjangan antara pemerintah dengan rakyatnya adalah kesempatan emas...
Sempat muncul Partai Rakyat Demokratik (PRD) di bawah kepemimpinan Budiman Sudjatmiko yang kemudian bubar Karena banyaknya perlawanan yang menentang keberadaannya termasuk kegiatannya yang seringkali dianggap ilegal. Sedikit mengutip dari ucapan yang pernah terlontar dari Budiman Sudjatmiko Partai Rakyat Demokratik (PRD) tahun 2005 Srengat Blitar saat dihadapan massa pendukungnya "Buat apa agama kalau perut masih lapar".

Tidak ada komentar: